PROBOLINGGO - Pondok Pesantren Al-Musyawwir, Jetis, Biting, tertua kedua di Besuki, Situbondo. Adalah KH. Hasan Jazuli pendiri dan pengasuh pertama Ponpes ini memiliki dorongan kuat untuk memasyarakatkan agama Islam di tengah-tengah desa yang dekat di pegunungan.
Tentu Kiai Jazuli sebagai alumni pesantren Zainul Hasan Genggong melihat masyarakat yang ada saat itu tergerak untuk mendirikan pesantren agar bisa mengajarkan ajaran Islam ahlusunah waljamaah.
Tak berbeda dengan pesantren lainnya, pada saat itu, santri yang belajar di pesantren ini hanya satu-dua orang sampai akhirnya berjumlah kurang lebih lima ratus santri.
Selain alim, Kiai Hasan Jazuli di kenal memiliki kekebalan. Tak sedikit masyarakat meminta ilmu kekebalan padanya.
"Beliau alim tentu karena sebagai santri Kiai Hasan sepuh Genggong dan juga Alumni Ponpes Temporan Jember yang di kenal pesantren salaf, " kata Gus Ashari Baihaqi cucu dari Kiai Hasan.
Selain itu, Kiai Hasan Jazuli adalah seorang pejuang yang sangat berani melawan penjajah dan PKI.
"Sebagai pejuang tentu ancaman dari penjajah juga PKI selalu ada. Namun beliau tidak pernah takut. Ia sangat pemberani, " imbuhnya.
Pesantren yang saat ini berisi 73 tahun terus membimbing santri-santrinya terutama berkait ilmu-ilmu agama. Kiai Hasan mendirikan pesantren Al-Musyawwir ini pada tahun 1960 an.
KH. Muhaimin Hasan putera dari beliau melanjutkan perjuangan melalui pendidikan dan dakwah sehingga pesantren Al-Musyawwir bertahan di tengah-tengah kemajuan zaman ini.
"Sampai saat ini santri berjumlah 300 an. Awalnya santri di pesantren ini sempat tidak ada sama sekali. Maklum waktu itu tak lepas dari kepentingan politik, " tegasnya.
Baca juga:
Universitas Brawijaya Raih Akreditasi Unggul
|
Ia menuturkan, santri mulai berkembang kembali saat pengasuh kedua yaitu KH. Moh. At-Tamimi Hasan.
"Waktu ayah (Abah) saya menggantikan kakek (embah) yang wafat, pesantren berkembang kembali, " pungkasnya.
Di tengah banyaknya pesantren yang ada di Besuki, Gus Baihaqi berharap ponpes Al-Musyawwir terus berbenah hingga cita-cita Kiai sepuh bisa terwujud.
"Sebagai generasi penerus kita punya tanggung jawab rumah untuk menjaga keberlangsungan pesantren agar tidak keluar dari cita-cita pendiri, " tuturnya.